KIMIA MEDISINAL - ANTIKONVULSAN/ANTIEPILEPSI
KIMIA
MEDISINAL
Anti Konvulsan/Anti Epilepsi
Oleh : Yulin Rosa Rishliani
1.
Kejang
Kejang
adalah suatu gejala akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Kejang bisa terjadi karena adanya pelepasan muatan listrik yang
berlebihan oleh membran sel, berkurangnya inhibisi oleh neurotrasmitter Gamma Amino Butyric Acid (GABA) (Kania,
2007). Manifestasi klinik kejang adalah dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah
laku, emosi, motorik, sensorik atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik yang berlebihan di neuron otak (Schweich dan Zempsky, 1999).
Epilepsi
(dari bahasa Yunani Kuno epilepsia “Kejang”)
adalah gangguan neurological kronis yang ditandai dengan timbulnya
kejang-kejang. Kejang-kejang yang terjadi merupakan tanda dan/atau simtom dari
aktivitas saraf otak yang abnormal, berlebihan atau hipersinkronos. Pada
sebagian kasus, epilepsi disebabkan oleh cedera otak atau gangguan seperti
terlihat pada pemindaian MRI atau CT, atau karena adanya gangguan metabolik
(Priyatna, 2012).
Pada
pasien epileptis akan mengalami kejang yang disebabkan oleh abnormalitas dari
reseptor GABA di otak. Reseptor GABA terdiri dari 2 jenis, yaitu GABA-A
(bertugas meregulasi pemasukan ion klorida ke dalam sel) dan GABA-B (bertugas
untuk meregulasi pemasukan ion kalsium ke dalam sel) (Alfathan dan Wathoni,
2019).
2.
Antikonvulsan/antiepilepsi
Antikonvulsan
adalah sebuah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi kejang-kejang
atau konvulsan. Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi serangan epilepsi
tanpa menimbulkan depresi pernapasan. Efek samping sediaan ini adalah adanya
kerusakan sumsum tulang, hati dan ginjal, neuropati dan gangguan saluran cerna.
Sebagai hasil dari
perkembangan secara cepat dalam teknik biologi molekular untuk studi
neurofisiologi epilepsi dan dalam interaksi obat antilepsi dengan
neurotransmiter pada kanal ion atau reseptor otak (AMPA/Kaglutamat reseptor),
muncul obat anti epilepsi generasi yang baru, yaitu felbamat, gabapentin,
lamotrigin, levetiracetam, oxkarbazepin, tiagabin, topiramat, dan zonisamad.
Mekanisme obat ini berikatan dengan kanal ion dan reseptor otak dengan
meningkatkan aktivitas GABA otak (tiagabin) atau dengan menghambat asam amino
eksitatori (GABA : lamotigrin, felgabamat).
Hubungan struktur dan aktivitas secara umum
1.
Substitusi pada
C5 dari hidantoin dan oxazolidinedion atau C2 dari suksimid menentukan
aktivitas anti kejang yang dikontrol.
2.
Hidantoin
dengan sedikitnya 2 gugus fenil merupakan obat pilihan pada kejang
generalis tonik-klonik. Substitusi
di-fenil meningkatkan potensi anti-grand mal dibanding substitusi fenil tunggal.
3.
Oxalidinedion
yang disubstitusi pada C5 dengan rantai alkil pendek (metil atau etil)
lebih efektif mengobati petit-mal, kurang efektif mengobati grand-mal.
4.
Suksinimid yang
merupakan anti-petit mal paling poten, memiliki gugus alkil pendek pada C2.
5.
Oxazolidindion
lebih toksik, untuk itu sksinimid lebih aman sebagai alternatif untuk absence-seizure
(petit mal).
OBAT
ANTI KEJANG (PARSIAL DAN TOTAL)
1.
Turunan Hidantoin
Hidantoin memiliki struktur mirip
dengan barbiturat, namun pada hidantoin tidak ada bagian 6-okso. Hidantoin
memiliki 5 cabang pada struktur cincin yang mengandung 2 nitrogen dalam
konfigurasi ureida. Obat-obat antiepilepsi yang memiliki struktur hidantoin
yaitu fenitoin, HPPH (2-(1-Hexyloxyethyl)-2-devinyl pyropheophorbide-a),
fosfenitoin, ethotoin, mefenitoin.
Fenitoin
Fenitoin
berikatan dengan kanal Na, menstabilkan inaktivasi kanal Na, dan menghambat
aktivitas kejang secara cepat ke area kortikal. Antikonvulsan aromatik seperti
fenitoin berkaitan dengan beberapa efek toksik termasuk reaksi hipersensitif
(ruam, agranulositosis, trombositopenia).
Ethotoin
Satu substituen
fenil pada posisi 5 fenitoin diganti dengan hidrogen dan NH pada posisi 3
diganti dengan gugus etil. Ethotoin kurang toksik dan kurang efektif di banding
dengan fenitoin. Serta lebih bersifat sedasi.
Mefentoin
Mefentoin
adalah n-metilasi pada posisi 3 dengan gugus etil yang diganti salah satu
substituen fenilnya pada posisi 5. Mefentoin lebih sedasi dibanding fenitoin
dan seharusnya menjadi obat paling aman namun gagal.
Hubungan struktur dan aktivitas
1.
Substitusi pada
C5 dari hidantoin menentukan aktivitas anti kejang yang dikontrol.
2.
Hidantoin
dengan sedikitnya 2 gugus fenil merupakan obat pilihan pada kejang
generalis tonik-klonik. Substitusi
di-fenil meningkatkan potensi anti-grand mal dibanding substitusi fenil tunggal.
2.
Iminostilben (Karbamazepin, oxcarbazepin)
Karbamazepin
(CBZ, Carbamazepine)
Saat ini diindikasikan sebagai terapi awal atau terapi parsial pada
tonik klonik dan jenis kejang. CBZ merupakan satu dari dua AED yang paling aman dan paling efektif untuk jenis
kejang ini (salah satunya fenitoin) dan dipilih untuk monoterapi karena
efektivitas yang tinggi dan efek samping yang relatif rendah.
Pada hewan, profil sifat anti kejang
untuk CBZ mirip dengan fenitoin. CBZ menekan transmisi sinaptik di sistem retikular,
talamus, dan mengaktifkan struktur limbik. CBZ mempunyai efek yang sama dengan
fenobarbital dan fenitoin dalam mengendalikan frekuensi kejang dan efek samping
yang minimal.
CBZ mempunyai efek samping yaitu
penglihatan kabur, pusing, mengantuk, ataksia, tremor, depresi, hiponatremia
dan gangguan jantung. Kedua CBZ dan oxcarbazepine dapat mengurangi plasma
25-hydroxy dan level vitamin D. CBZ meningkatkan level dari fenitoin dan
menurunkan level felbamate, lamotrigin, kontrasepsi oral, teofilin, valproate
dan zonisamide.
Oxcarbazepine
Oxcarbazepine (Trileptal) Merupakan
keto analog dari carbamazepine. Di indikasi untuk monoterapi atau terapi
tambahan pada pasien partial seizure dengan epilepsi (dewasa), untuk monoterapi
perawatan partial kejang pada anak umur 4 tahun atau lebih tua, dan sebagai
terapi tambahan pada anak umur 2-4 tahun.
Oxcarbazepin mempunyai efek yang
lebih rendah dibandingkan dengan CBZ, mekanisme aksi untuk oxcarbazepin serupa
dengan CBZ. Efek samping yang umum seperti sakit kepala, pusing, nystagmus,
penglihatan buram, somnolen, mual, ataksia dan kelelahan. Oxcarbazepine
merupakan turunan non-toksik dari carbamazepine dengan mengurangi interaksi
obat yang potensial. Tujuan untuk mengembangkan turunan dari carbamazepine
untuk menghindari berpotensi beracun pada metabolit-epoksida, yaitu ruam kulit
dan kurang kerentanan interaksi farmakokinetik.
3.
Barbiturat (fenobarbital, mephobarbital, primidone)
Merupakan subsitusi dari derivat
pirimidine dengan konfigurasi ureide. Meskipun banyak barbiturat menunjukkan
aktivitas hipnotik sedatif, hanya beberapa yang punya efek antiseizure. Banyak
barbiturat dapat menyebabkan kejang. Barbiturat yang berguna secara klinis
untuk AEDs adalah phenobarbital, mephobarbital dan primidone.
Mekanisme dari kerja antiseizure
pada diperkirakan untuk meningkatkan blockade dari sodium channel dan
meningkatkan transmisi GABA-mediated inhibitory.
Fenobarbital
Diindikasikan untuk pengobatan pada
parsial atau kejang tonik klonik di
semua usia, meskipun kurang efektif dari phenitoin atau CBZ pada dewasa. Diberikan
setelah benzodiazepin untuk pengobatan status epileptikus.
Fenobarbital adalah asam lemah (PKA
7,4 log P = 1,53 pada pH 7,4) 50% terionisasi pada pH fisiologis dan
didistribusikan dengan baik ke dalam SSP. Absorbsi secara oral lambat, dengan
bioavailabilitas oral 80% -100% dan menunjukkan kinetika linear. 40-60% protein
plasma fenobarbital terikat dan mempunyai waktu paruh yang panjang yaitu 2-6
hari, yang menghasilkan konsentrasi plasma sangat stabil sekitar 25-50% dari
dosis. Fenobarbital diekskresikan dalam urin, tidak berubah. Sisanya
dimetabolisme terutama oleh hidroksilasi untuk metabolit tidak aktif, asam
5-p-hidroksifenil-5-etil barbiturat, yang kemudian terkonjugasi sebagai
glukuronida atau sulfat dan diekskresikan dalam urin.
Mefobarbital
(Mebaral)
Merupakan derivat barbiturat AED
dengan pKa 7,7 (log P=1,84 pada pH 7,4). 50% dari dosis oral mephobarbital
diabsorpsi di jalur gastrointestinal. Konsentrasi plasma yang digunakan untuk
efek terapetik tidak diketahui. Akar utama metabolisme mephobarbital adalah
N-demetilasi oleh hati untuk membentuk fenobarbital, yang dapat diekskresikan
dalam urin tidak berubah dan sebagai yang p-hidroksi metabolit dan glukuronida
atau sulfat konjugat.
Primidon
(Mysoline)
Primidon
adalah turunan 2-deoksi fenobarbital untuk pengobatan awal atau penunjang
kejang parsial sederhana, parsial kompleks, dan tonik-klonik. Kurang efektif
terhadap jenis kejang dibandingkan fenitoin atau CBZ.
4.
Benzodiazepin
Turunan
benzodiazepin adalah obat pilihan yang banyak digunakan sebagai
hipnotik-sedatif, mempunyai efikasi dan batas keamanan yang lebih besar
dibanding turunan hipnotik-sedatif lain. Selain itu turunan benzodiazepin
mempunyai efek menghilangkan ketegangan (anxiolitik, transquilizer minor),
relaksasi otot, dan anti kejang.
Mekanisme Kerja
·
Permeabilitas
membrane sel (diturunkan) à
transmisi sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak (ditekan) à rangsangan sel post-sinaptik (dikurangi) à konteks serebral (deaktivasi)
·
Aliran klorida
pada membrane postsinaptik (meningkat) à transmisi GABA-ergik (gaba-aminobutiric acid) (meningkat) à ikatan reseptor GABA dengan turunan benzodiazepine (meningkat)
Hubungan
struktur dan aktivitas
Modifikasi pada cincin A
·
Penambahan
substituent penarik electron (ex. Cl, Br, F, CF3, dan NO2) pada posisi 7 à meningkatkan aktivitas. Hal ini dikarenakan jika penambahan
subtituen penarik electron akan meningkatkan sifat elektronik dari
benzodiazepin.
·
Penambahan substituent
penambah electron (CH2, NH2, OH, dll) à menurunkan aktivitas.
·
Penambahan
substituent apapun pada posisi 8 dan 9 à menurunkan aktivitas
Modifikasi pada cincin B
·
Penambahan
gugus metil pada posisi 1 à
meningkatkan aktivitas, namun ketika BM substituennya lebih besar dari metil à menurunkan aktivitas
·
Penggantian
atom O gugus karbonil pada posisi 3 dengan dua gugus hidrogen à menurunkan aktivitas
·
Penggantian
satu atom hidrogen pada posisi 3 dengan gugus hidroksil à menurunkan aktivtas à mengurangi efek samping karena gugus hidroksil mempercepat
eliminasi
·
Penggantian
satu atom hidrogen pada posisi 3 dengan gugus karboksil à meningkatkan durasi kerja karena memerlukan waktu untuk menjadi
metabolit aktif
·
Penggantian
gugus finil pada posisi 5 dengan gugus sikloalkil atau heteroaromatik à menurunkan aktivitas
·
Penggantian
gugus fenil pada posisi 5 dengan gugus piridil à aktivitas bromazepam = diazepam
·
Penggabungan
cincin pada posisi 1 dan 2 inti diazepam à meningkatkan aktivitas
5.
Bis Karbamat
Felbamat (Fluorofelbamat, Carisfelbamat)
Felbamate adalah molekul simetris
dengan struktur cincin benzena yang melekat pada karbon pusat atom dengan dieter
mengikat dua kelompok amida. Dalam fluorofelbamate
satu atom fluor adalah
terikat pada atom karbon pusat
untuk mencegah pembentukan metabolit
beracun reaktif dari
fel-bamamate, ATPAL.
dicarisbamate atom klorida melekat ke cincin aromatik, dan amida chainhas
sisi yang mengandung dimasukkan, sehingga membentuk pusat kiral.
Lamotigrin
Mekanisme utama aksi lamotrigin tampaknya melibatkan
aktivasi penghambatan saluran natrium. Mekanisme kerja lain dari lamotrigin
yang selektif mengurangi potensial aksi penembakan oleh meningkat dalam aktivasi hiperpolarisasi arus kation dendritik, karena dendrit
memiliki sifat listrik yang berbeda
dari soma di sel
piramidal. Target ini akan menjadi sangat penting di epileptogenesis.
Lamotrigin adalah 1,2,4-triazina, dengan dua atom
klorida terpasang. JZP-4, 3- (2,5-trikloro-fenil)
-pyrazine-2,6-diamin, merupakan turunan dari lamotrigin. Senyawa ini merupakan penghambat
kanal natrium dan kalsium yang poten, yang menampilkan spektrum luas aktivitas
antikonvulsan. Zat ini memiliki menunjukkan profil yang menguntungkan dalam
toksikologi dan studi farmakokinetik. Dalam JZP-4, satu atom
nitrogen telah dihapus dari struktur siklik, dan
klorida melekat pada cincin aromatik. dua obat yang berbeda dalam struktur karena struktur siklik dengan
dua atom nitrogen biasanya terjadi dalam
molekul biologis, sementara tiga
nitrogen tidak umum. Kedua molekul netral dalam fisiologis pH. Modifikasi di JZP-4 dapat mempengaruhi rute eliminasi untuk lamotrigin.
Gabapentin
Struktur
gabapentin dan pregabalin disintesis dari GABA, tetapi mereka mempunyai satu
atom lebih panjang, dengan enam bukannya lima karbon atau nitrogen atom dalam
berturut-turut.
Dalam
gaba-pentin, ada struktur asam amino seperti dengan ending asam karboksilat dan
satu kelompok amino akhir, melekat pada sikloheksana. Di pregabalin, ada atom
kiral sentral dalam posisi 4, dan struktur asam amino. Struktur siklik heksana
telah digantikan dengan alifatik rantai samping. Turunan gabapentin
yaitu XP13512 telah mendapat tambahan dari kelompok di-esther untuk akhir amino
dari molekul.
Asam Valproat
dan Turunannya
Mekanisme aksi dari valproat yaitu
meningkatkan efek inhibitori GABA. Valproat diindikasikan untuk terapi awal
atau tambahan untuk absence seizure. Untuk sekarang ini pasien dengan absence
seizure lebih menyukai ethosuximide dibandingkan valproate karena berisiko
hepatotoksisitas.
Zonisamid
(Zonegran)
Zonisamid merupakan turunan
sulfonamide yang diindikasikan untuk terapi tambahan pada pasien seizure
parsial yang lebih dari 16 tahun dengan seizure yang tidak terkontrol oleh obat
first-line. Zonisamide dapat memblok
sodium dan T-type calcium channel, sehingga dapat berefek dopaminergic
transmission, bipolar atau schizoaffective disorder.
Pada proses metabolismenya,
zonisamide mengalami asetilasi membentuk N-acetyl metabolite, kemudian
direduksi oleh CYP3A4/CYP2D6 dan membentuk cincin terbuka, 2-sulfamoylacetyl phenol.
Topiramat
(Topamax)
Topiramat adalah turunan
monosakarida tersubstitusi sulfamat dari fruktosa dengan aktivitas AED spectrum
luas. Digunakan untuk monotherapy atau tambahan untuk parsial atau primer
generalis tonic-clonic seizure pada pasien dengan umur lebih dari 10 tahun.
Mekanisme aksi untuk topiramate
tidak diketahui, namun umumnya memiliki aktivitas AED dengan memblok pencopotan
secara beulang yang dilakukan pada sodium chanel, yang mungkin meningkatkan
flux klorida termediasi GABAa.
Struktur topiramat relatif berbeda dengan obat antikejang lain,
merupakan monosakarida yang tersubstitusi dengan gugus sulfamat. Digunakan
sebagai obat penunjang pada pengobatan parsial seizure.
OBAT UNTUK KEJANG (ABSENCE SEIZURES)
Obat yang efektif sebagai antikejang
meliputi turunan yang mirip struktur ureida, oksazolidindion, suksinimida,
klonazepam, dan lamotrigin. Perbedaan kecil substruktural antara cincin N
(hidantoin), cincin O (oksazolidindion) dan cincin CH2 (methylene
dan suksinimida) menghasilkan pergantian dari efek AEDs untuk melawan parsial
dan generalis tonik-klonik menjadi absence seizures.
Oksazolidindion
Oksazolidindion merupakan AEDs tertua yang digunakan untuk terapi
antiseizure antara 1946-1948. Pada saat itu tidak ada obat yang efektif untuk
mengontrol absence seizure. Oleh karena itu penerimaan trimetadion dan
parametadion untuk absence seizure sangat cepat. Saat ini trimetadion hanya
diindikasikan untuk control absence seizurerefractory dengan AEDs lainnya.
Trimetadion merupakan prodrug yang dimetabolisme oleh N-demetilasi menjadi
dimetadion. Waktu paruh trimetadion 16-24 jam.
Suksinimida
Penggantian cincin O pada oksazolidindion dengan gugus metil
memberikan antiseizure suksinimida. Secara klinis suksinimida yang digunakan
termasuk etosuksimid, metsuksimid, dan fensuksimid. Suksinimida diindikasikan
untuk monotetapi pada absence seizure atau terapi kombinasi ketika kejang
tipe lain terjadi bersamaan dengan absence seizure. Aktivitas
suksinimida relatif sama dengan turunan oksazolidindion tetapi efek sampingnya
lebih rendah.
Etosuksimid
Merupakan
obat pilihan untuk pengobatan typical absence seizure (toksisitasnya
lebih rendah dibanding trimetadion), tapi tidak efektif melawan parsial
kompleks atau kejang tonik-klonik. Etosuksimid merupakan substrat CYP3A4 dan CYP2E1. Metabolit utama pada
suksinimida yaitu 3-(1-hydroxyethyl) suksinimida, yang tidak aktif dan
terekskresi dalam betuk tidak terkonjugasi dalam urin.
Metsuksimid
Metsuksimid
tidak umum digunakan, diindikasikan untuk absence seizure refractory
dengan obat lain. Biasanya dikombinasikan dengan fenitoin atau fenobarbital
ketika absence seizure terjadi bersama dengan gejala tonik klonik. Banyak
efikasi dari metsuksimid dikaitkan dengan desmethyl metabolitnya. Pada
metsuksimid waktu paruhnya antara 2,6-4 jam, namun waktu paruh untuk
N-desmethylsuximide adalah 25 jam, yang menyebabkan substansi terakumulasi.
Fensuksimid
Fensuksimid
jarang digunkan untuk pengobatan absence seizure refractory, karena
diperkirakan tidak lebih efektif dibanding etosuksimid. Fensuksimid diekskresi
melaului urin dan empedu
OBAT
UNTUK KEJANG (MYOCLONIC SEIZURES)
Klonazepam dan valproat
OBAT
UNTUK STATUS EPILEPTIK
Diazepam melalui rute i.m atau i.v
merupakan obat pilihan untuk mengontrol secara cepat status epilepticus.
Diazepam yang melalui rute i.v dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat dengan
cepat. Awalnya terkonsentrasi tinggi di otak namun segera tereduksi karena terjadi
redistribusi sehingga meningkatkan kesempatan berulang status epileptikus.
OBAT
ANTIEPILEPSI PADA FASE III
Talampanel merupakan 2,4-benzodiazepin yang merupakan antagonis reseptor AMPA/KA. RWJ-333369 merupakan antagonis reseptor monokarbamat di KA. Rufinamid merupakan 1,2,3-triazol karboksamid yang memblok chanel Na. Soretilide memiliki mekanisme yang mirip dengan CBZ, bivaracetam, dan seletracetam yang merupakan turunan S-(-)-levetiracetam untuk pengobatan myoclonic seizure.
DAFTAR PUSTAKA
Alfathan,
P. Dan N. Wathoni. 2019. Review Artikel : Metode Pengujian Aktivitas
Antikonvulsan Sebagai Skrining Pengobatan Epilepsi. Jurnal Farmaka. 17 (2)
Kania, N.
2007. Siang Klinik Penanganan Kejang pada
Anak. AMC Hospital, Bandung. (http://www.scribd.com/doc/48344877/kejang-pada-anak), diakses pada 22 maret 2011.
Priyantna, A. 2012. Epilepsy Action : Parenting Anak dengan
Epilepsi. Gramedia, Jakarta.
Schweich, P.J. dan W.T. Zempsky. Selected Topic in Emergency Medicine. Lippicot
Williams & Wilkins, Philadelphia.
Siswandono dan Soekarjo, Bambang,
ed. Kimia Medisinal Jilid 2. Surabaya: Airlangga University Press. 2008.
PERMASALAHAN :
1.
Pernahkan
saudara melihat seseorang mengalami epilepsi? Bagaimana gejala yang
ditimbulkan?
2.
Pada obat
turunan hidantoin, terdapat obat mefentoin. Disebutkan bahwa Mefentoin seharusnya menjadi
obat paling aman namun gagal. Mengapa?
3.
Cara kerja
antiepileptika belum semuanya jelas. Namun dari sejumlah obat terdapat indikasi
mengenai mekanisme kerjanya. Dapatkah saudara menyebutkan mekanisme kerja
antiepileptika itu? dan sebutkanlah contoh obatnya!
Hai Yulin. Saya akan menjawab permasalahan yg pertama. Sampai saat ini saya belum pernah melihat orang yang mengalami epilepsi. Tetapi menurut sepengatahuan yg pernah saya baca gejala dari epilepsi yaitu:
BalasHapus- terjadinya kejang secara berulang, tetapi kejang yang dialami oleh setiap orang itu berbeda beda, ada yang berlangsung hanya beberapa menit saja atau hanya terjadi gerakan pada lengan atau pergelangan kaki atau gerakan kejang yang tak terkendali pada lengan dan pergelangan kaki
- tatapannya kosong
- gejala psikologis seperti rasa takut atau cemas
- kebingungan yg sementara
- dan bahkan ada yang sampai hilangnya kesadaran
Hello yulin!!
BalasHapusBaik saya mencoba menjawab permasalahan no 2.
Menurut literatur yang saya baca,
Hal ini disebabkan karena peningkatan insiden toksik serius seperti rash berat, agranulositosis, dan hepatitis. Bagian metabolit n-desmetil dan 5-fenil-5-etilhidantoin berperan dalam efek tokisistasnya.
Hay Yulin , saya mau mencoba menjawab permasalahan nomir 3,
BalasHapus- Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatrin
- Menghambat kerjanya aspartat dan glumatamat : valproat, karbamazepin, dan fenitoin
- Memblokir saluran Na, K, dan Ca yang berperan penting pada timbul dan perbanyakannya muatan listrik : etosuksimida, valproat, kabamazepin, lamotrigin, fenitoin, topiramat.
- Meningkatkan ambang-serangan dengan jalan menstabilkan membran sel : felbamat
- Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya dalam SSP : fenobarbital dan klonazepam
- Menghindari menjalarnya hiperaktivitas tersebut pada neuron otak lainnya : klonazepam dan fenitoin.