LAPORAN PENENTUAN BOBOT JENIS ZAT PADAT
LAPORAN
PENENTUAN BOBOT JENIS ZAT PADAT
Tujuan
Untuk mengetahui bobot jenis zat
padat yang diamati
Landasan
Teori
Bobot
jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama
pada suhu yang beda dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk membedakan
antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume.
Yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu milimeter raksa berbobot 13,6
gram, dengan demikian kerapatannya adalah 1,6 gram/ml, jika kerapatan dinyatakan
dalam satuan bobot dan volume. Maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.
Bobot jenis menggambarkan perbandingan atau hubungan antara bobot jenis 1,00
gram air sebagai pembanding. Bobot jenis gliserin adalah 1,25 artinya bobot
gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara. Dan bobot jenis alkohol adalah
0,81 artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara (Ansel
dan Prince, 2006).
Menurut
Lachman et al. (2008), pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam
bobot jenis yaitu :
Bobot jenis sejati
Massa
partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan
tertutup.
Bobot jenis nyata
Massa
partikel dibagi volume partikel tidak termasuk lubang terbuka, tapi termasuk
pori yang tertutup.
Bobot jenis efektif
Massa
partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tutup. Seperti
titik lebur, titik didih, atau indeks bias. Kerapatan relatif merupakan besaran
spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan
kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi.
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah
bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
struktur menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, dengan harga
keduanya ditentukan dengan temperatur yang sama, jika tidak, dengan cara lain
yang khusus. Istilah berat jenis dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan
lebih cocok apabila dinyatakan sebagai kerapatan relatif (Martin et al., 1993).
Dalam uji parameter non-spesifik, terdapat penentuan
bobot jenis dengan piknometer. Dimulai dengan membersihkan piknometer, kemudian
dikeringkan dan ditimbang. Selanjutnya bahan dimasukkan dalam piknometer. Hasil
yang diperoleh dari hasil bagi bobot bahan dengan volume piknometer adalah
bobot jenis (Haryani et al., 2013).
Dalam pengujian suatu ekstrak, bobot jenis
ditentukan terhadap hasil pengenceran ekstrak dalam suatu pelarut tertentu
dengan menggunakan alat yaitu piknometer. Hasil menggambarkan besarnya massa
per satuan volume. Bobot jenis juga terkait dengan kemurnain dari ekstrak dan
kontaminasi (Arifin et al., 2016).
Alat
Piknometer
25 ml
Timbangan
digital
Gelas
ukur 50 ml
Bahan
Parafin
Talkum
Zink
Oksida
Laktosa
Amilum
Kaolin
Prosedur Percobaan
Penentuan
bobot jenis benar
Ditimbang piknometer yang telah
diketahui volumenya
Diisi dengan parafin cair dan
ditimbang
Dihitung bobot jenis parafin cair
Ditimbang 2 gram serbuk dan
dimasukkan dalam piknometer dan ditimbang
Ditambah parafin cair sampai
setengah
Ditutup dan dibiarkan 5 menit
Ditambah parafin cair hingga penuh
Dihitung BJ benar
Penentuan bobot
jenis nyata
Ditimbang 15 gram serbuk,
dimasukkan dalam gelas ukur 50 ml
Dicatat volumenya
Dilakukan 3 kali
Dihitung BJ nyata
Penentuan bobot
jenis mampat
Ditimbang 15 gram serbuk,
dimasukkan dalam gelas ukur 5 ml
Diberi ketukan sebanyak 50 kali,
dicatat volume
Diulang prosedur (no 2)
Dihitung bobot jenis mampat
Hasil
Penentuan
bobot jenis benar
Nama
Zat
|
b
(gram)
|
c
(gram)
|
d
(gram)
|
e
(gram)
|
Laktosa
|
23,4
|
43,8
|
24,3
|
44,4
|
Penentuan
bobot jenis nyata
Nama
Zat
|
Wo
(gram)
|
Vo
(ml)
|
Laktosa
|
15
|
25,67
|
Penentuan
bobot jenis mampat
Nama
Zat
|
Wt
(gram)
|
Vt
(ml)
|
Laktosa
|
15
|
19
|
Pembahasan
Dalam praktikum ini, dilakukan
percobaan penentuan bobot jenis zat padat. Sebelumnya telah dijelaskan
pengertian dari bobot jenis zat, yaitu perbandingan bobot zat terdapat air
volume sama yaitu yang ditimbang diudara pada suhu yang sama. Zat padat yang ingin
ditentukan bobot jenisnya adalah laktosa. Laktosa dengan nama latin adalah
lactosum. Dan dapat pula dengan nama Saccharum
lactis. Laktosa
memiliki rumus molekul C12H22O11. Laktosa
adalah serbuk halus, putih, tidak berbau dan rasanya agak manis. Dia larut
dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, namun sukar larut dalam
etanol dan tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Yang khasiatnya adalah
sebagai zat tambahan. BM nya adalah 36,30 (Depkes RI, 1979).
Dalam praktikum, dilakukan penentuan bobot jenis benar,
penentuan bobot jenis nyata, dan bobot jenis mampat. Yang pertama adalah bobot
jenis benar, yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga
yang terbuka dan tertutup. Bahan yang digunakan adalah paraffin liquid dan
laktosa. Perlakuannya adalah dengan menggunakan piknometer. Pertama, piknometer
yang kososng ditimbang lalu diisi dengan parafin dan timbang lagi. Dengan
tujuan adalah penentuan bobot jenis dari paraffin liquidnya. Setelah itu
didapatlah bobot jenis dari paraffin liquidnya adalah 0,816 gram/ml dihidung
dengan rumus :
dimana ρ adalah bobot
jenisnya (kg/m3). M adalah massa dari zatnya (kg) dan V adalah
volumenya (m3). Namun, satuan yang digunakan dalam praktikum adalah
gram/ml. Lalu untuk menentukan BJ benar dari laktosa, maka disiapkan piknometer
yang kosong namun bervolume sama seperti yang digunakan pada paraffin.
Dimasukkan serbuk laktosa 2 gram kedalamnya dan ditimbang lalu dimasukkan
paraffin liquid padanya setengah dari piknometer lalu digoyangkan 5 menit
dengan tujuan agar kedua zat ini menyatu. Lalu, ditambahkan paraffin lagi
sampai penuh dan ditimbang, dicatat semua hasil timbangan. BJ benar dapat
dihitung dengan rumus :
Dimana ρ
pelarut adalah ρ yang telah dicari tadi, yaitu 0,816 gram/ml. D adalah gram
serbuk + piknometer (gram). B adalah berat piknometer kosong (gram). C adalah
berat paraffin liquid yang terisi penuh di dalam piknometer + berat piknometer
yang digunakan (gram). Didapatkan hasil 2,202 gram/ml.
Paraffin liquid adalah campuran hidrokarbon yang
diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat pemantab yang ditambahkan tokoferol
atau butilhidroksitoluen yang tidak lebih dari 10 bpk. Parafin liquid adalah
cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau dan hampir tidak berasa. Tidak larut dalam air dan dalam etamol tapi
larut dalam kloroform dan eter. Khasiatnya adalah laktasivum (Depkes RI, 1979).
Selanjutnya adalah bobot jenis nyata. Bobot jenis nyata
yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk lubang terbuka, tapi
termasuk pori yang tertutup. Zat padat yang digunakan masih laktosa. Penentuan
BJ nyata adalah dengan menimbang 15 gram laktosa dan dimasukkan dalam gelas
ukur lalu catat volumenya. Percobaan dilakukan 3 kali dengan hasil BJ nya
adalah hasil BJ rata-rata. Dalam praktikum didapat hasil V1 = 20 ml,
V2 = 30 ml dan V3 = 27 ml. Perhitungan BJ nyata adalah
dengan rumus :
Dimana Wo adalah berat
serbuk yang diambil yaitu 15 gram. Dan Vo nya adalah volume serbuk yang terbaca
pada gelas ukur. Setelah dicari masing-masing dan di rata-rata, didapatlah BJ
nyata yaitu 1,6 gram/ml.
Selanjutnya adalah penentuan bobot jenis mampat, yaitu
massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup.
Zat padat yang digunakan adalah laktosa. Penentuan BJ mampat sama halnya dengan
BJ nyata, hanya saja serbuk dalam gelas ukurnya dimampatkan dengan diketuk 50
kali. Dan perhitungan volume dilakukan 2 kali. Apabila volume 1 dan 2 jaraknya
< 2 ml, maka volume yang dipakai adalah yang pertama. Dalam praktikum V1
nya 19 dan V2 nya 20, selisihnya 1, kurang dari 2 maka V yang
digunakan adalah 19 ml, lalu dihitung BJ mampatnya dengan rumus :
Dimana W adalah gram
serbuk yang digunakan, yaitu 15 gram dan Vt adalah volume yang telah
dimampatkan yaitu 19 ml. Maka didapatlah hasilnya BJ mampat adalah 0,789
gram/ml.
Dari masing-masing BJ didapatkan bahwa BJ benar 2,202
gram/ml, BJ nyata 0,6 gram/ml dan BJ mampat adalah 0,789 gram/ml. Perbedaan
dari masing-masing BJ adalah pada Bj benar, menurut Voight (1994), BJ ini pada
pengukurannya tanpa ruang dan tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Pada BJ nyata,
volume lebih besar dikarenakan pori-pori nya besar. Sedangkan pada BJ mampat,
porinya ada yang terbuka dan tertutup, namun tidak sebesar pada nyata.
Menurut Roth dan Blaschke (1998), keuntungan penentuan
bobot jenis dengan piknometer adalah mudah dalam pengerjaannya, sedangkan
kerugiannya adalah berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Dan juga
butuh waktu yang lama. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuang ruang yang ditempati cairan ini. Untuk itu, dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian bertambah dengan
bertambah volume, keoptimuman terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama
menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan dimurnikan. Digunakan pula
untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk
cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larutnya suatu zat
(Ansel, 1989).
Menurut Lachman et al. (2008), faktor yang mempengaruhi
bobot jenis suatu zat adalah :
Temperatur,
suhu yang tinggi menyebabkan berat jenisnya menguap sedangkan suhu yang rendah
senyawanya beku dan susah untuk mengukur berat jenis
Massa zat,
massa yang besar maka bobot jenisnya juga akan besar.
Volume zat,
jika volumenya besar itu akan tergantung kepada massa zatnya juga. Namun, di
dalam rumus BJ = 1/V, maka dapat dilihat bahwa ada hubungan berkebalikan.
Viskositas/ kekentalan,
viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis, maka semakin besar viskositas,
bobot jenis pun semakin besar.
Kesalahan yang mungkin
terjadi didalam penentuan bobot zat padat adalah : (1) Salah membaca skala pada
alat, (2) Cairan sudah tidak murni, (3) Pengaruh suhu dari pemegang alat, (4) Kesalahan
praktikan, dan lainnya.
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan yaitu bobot jenis zat adalah perbandingan bobot zat
terhadap air dalam volume dan suhu yang sama. Bobot jenis ada 3, yaitu bobot
jenis benar, yang pengerjaannya diperoleh dari penimbangan serbuk dan pelarut
dalam piknometer atay dengan metode piknometer. Ada bobot jenis nyata, dengan
menggunakan serbuk yang diukur volumenya pada gleas ukur tanpa dimampatkan.
Lalu, bobot jenis mampat yang mana pengerjaannya sama dengan bobot jenis nyata,
hanya saja pada BJ ini serbuknya dimampatkan dengan diketuk-ketuk. Dari hasil,
bobot jenis benar 2,202 gram/ml, nyata 0,6 gram/ml, dan mampat 0,789 gram/ml.
Daftar
Pustaka
Ansel,
H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi. Jakarta : UI Press
Ansel,
H.C. dan S.J. Prince. 2006. Kalkulasi
Farmasetik. Jakarta : EGC.
Afirin,
H., N. Anggraini, D. Handayani dan R. Rasyid. 2016. Standarisasi Ekstrak Etanol
Daun Eugenia Cumini Mess. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 11 (2).
Depkes
RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta
: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Haryani,
Y., S. Muthmainah dan S. Sikumbang. 2013. Uji Parameter Non Spesifik dan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dari Umbi Tanaman Dahlia. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. Vol.
1 (2).
Lachman,
L., A.L. Herbert dan L.K. Joseph. 2008. Teori
dan Praktek Industri Farmasi Edisi III. Jakarta : UI Press.
Martin,
A., J.Swarbick dan A.Cammarata. 1993. Farmasi
Fisik 2 Edisi III. Jakarta : UI Press
Roth,
H.J. dan G. Blaschke. 1988. Analisis
Farmasi. Yogyakarta : UGM Press
Komentar
Posting Komentar