Laporan Praktikum Buffer dan Kapasitas Buffer



LAPORAN
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER

Tujuan
Mengetahui cara pembuatan buffer dan pengaruh kapasitas dapar terhadap pH larutan

Landasan Teori
            Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut, sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium di mana solute terlarut (Syukri, 1999).
            Larutan buffer adalah larutan yang pH nya dapat dikatakan tetap, walaupun ditambahan sedikit asam atau sedikit basa. Larutan buffer dibuat dengan mencampurkan asam lemah beserta basa lemah konjungatnya dalam konsentrasi yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar dalam mengontrol kelarutan ion-ion dalam larutan sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia maupun patologis. Sebagai contoh, campuran dari larutan CH3COOH (Asam lemah) dan larutan CH3COONa (basa konjungasi) membentuk larutan buffer asam, sedangkan salah satu contoh buffer basa yang sering digunakan di laboratorium adalah campuran dari larutan NH3 (basa lemah) dan NH4Cl (asam konjungasi) (Oxtoby, 2001).
            Larutan buffer/ larutan penyangga akan bekerja paling baik dalam mengendalikan pH pada harga pH yang hampir sama dengan pKa, komponen asam atau basa, yaitu ketika garam sama dengan asam. Ini dapat ditunjukkan dengan menghitung kemampuan penyangga untuk menahan perubahan pH yang dikenal dengan kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga didefinisikan sebagai jumlah mol per liter asam atau basa mana basa kuat yang diperlukan untuk menghasilkan peningkatan atau penurunan satu unit pH di dalam larutan (Sukardjo, 1998).
            Kapasitas buffer/ larutan penyangga (Buffer capacity) adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pHnya dan tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang ada di larutan tersebut baik secara absolute maupun secara relatif (Mudiah, et al., 2014).
            Kapasitas buffer merupakan kemampuan air larut untuk mempertahankan kondisi tetap stabil yang meliputi pH, karbon dioksida, kalsium dan keberadaan buffer juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap laju pengerasan, reaksi degradasi dan derajat pembentukan perekat mug (Syukri, 1999).
            Menurut Sulistyarti (2017) jenis dari buffer adalah :
1)                 Larutan Buffer asam, yang mempertahankan pH daerah asam. Dibuat dengan mencampurkan larutan asam lemah dengan garamnya.
2)                 Larutan buffer basa, yang mempertahankan pH daerah basa. Dibuat dengan mencampurkan larutan basa lemah dengan garamnya.
Alkalinitas adalah ukuran kapasitas penyangga medium kultur dalam daerah pH netral. Alkalinitas medium adalah fungsi bikarbonatnya, karbonate, dan hidroksida. Alkalinitas sebagai besaran kemampuan kapasitas buffer merupakan konsentrasi basa/komponen yang mampu menetralisasi keasaman dalam air (Djoko, 2012).

Alat
-                     pH meter
-                     Statif dan klem
-                     Buret
-                     Erlenmeyer
-                     Corong
-                     Gelas kimia 250 mL
-                     Gelas ukur 50 mL
-                     Filler
-                     Pipet ukur 10 mL dan 25 mL
-                     Pipet tetes

Bahan
-                     NaOH 0,1M
-                     CH3COOH 0,1M : 5 mL, 4 mL, 7 mL
-                     CH3COONa 0,1M : 135 mL, 196 mL, 193 mL
-                     Indikator PP

Skema Kerja
-                     Dihitung jumlah CH3COOH dan CH3COONa untuk membuat buffer asetat dengan kapasitas ᵦ = 0,01 ; 0,015 ; dan 0,1
-                     Diambil masing-masing larutan buffer 10 ml
-                     Diamati pH awalnya
-                     Ditambahkan indikator PP 2 tetes
-                     Dititrasi menggunakan NaOH 0,1 M
-                     Dihitung pH menggunakan pH meter setiap 1 ml
-                     Dititrasi hingga titik akhir titrasi
-                     Dicatat hasil pengamatan
-                     Dibuat grafik hubungan perubahan pH dengan adanya penambahan NaOH

Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

ᵦ
C total
0,01
0,0187
0,05
0,028
0,1
0,186
  
ᵦ
V NaOH terpakai
pH awal
pH akhir
0,01
3,5 ml
5
7
0,015
9,65 ml
5
7
0,1
3 ml
5
8
 
ᵦ
[garam]
CH3COONa
V CH3COOH
Pengenceran
V CH3COONa
Pengenceran
[asam]
CH3COOH
V yang diambil
[asam]
V yang diambil
[garam]
0,01
0,0119
6,82
11,9
0,0682
100
100
0,015
0,0177
5,1
8,85
0,0102
50
50
0,1
0,1181
67,9
118,1
0,0679
100
100

Pembahasan 
          Praktikum kali ini berjudul buffer dan kapasitas buffer, di amati perubahan pH dari penambahan NaOH setelah sebelumnya ditambahkan dengan larutan penyangga. Dimana menurut Oxtoby (2001), larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang berfungsi untuk mempertahankan pH. Dalam praktikum ini, larutan penyangga adalah campuran dari larutan CH3COOH (asam lemah) dengan larutan CH3COONa (basa konjungasi). Buffer yang digunakan adalah buffer asam, yang mana akan mempertahankan daerah asam pada saat penambahan basa berlebih, contohnya NaOH. Sesuai dengan yang dikatakan Sulistyarti (2017), bahwa larutan buffer asam adalah yang mempertahankan pH pada daerah asam. Dibuat dengan mencampurkan larutan asam lemah dengan garamnya (basa konjungasinya).
            Dalam praktikum yang dilakukan adalah pertama, pembuatan larutan buffer. Seperti yang dikatakan sebelumnya pembuatan larutan buffer adalah mencampurkan asam lemah dengan garamnya, yakni CH3COOH dan CH3COONa. pH awal yang diinginkan adalah 5. Sebelum pembuatan, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan volume asam dan garam yang digunakan.

rumus mencari pH, pKa,


yang mana pH nya adalah 5 dan pKa adalah 4,76. Lalu, akan didapatkan [asam] dan [garam], yaitu [asam] = 6,82 x 10 -3 dan [garam] = 0,0119. Lalu untuk mendapatkan volume masing-masing, adalah dengan rumus :
rumus pengenceran, V1 x N1 = V2 x N2


Dimana V1 adalah jumlah larutan buffer akhir dan N1 adalah konsentrasi asam atau garam masing-masing dalam larutan itu, V2 adalah yang dicari, dan N2 adalah konsentrasi awal dari asam dan garam masing-masing. Lalu, didapatlah volume dari asam yaitu 6,82 ml (CH3COOH) dan volume dari garam (CH3COONa) adalah 11,9 ml. Kedua larutan ini, selanjutnya dicampur dan akan membentuk larutan buffer dengan pH 5. Lalu, selanjutnya dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH yang mana sifatnya adalah basa. Maka, dalam konsepnya, sesuai yang dikatakan sebelumnya bahwa dengan penambahan suatu larutan basa pada suatu larutan buffer asam, akan membuat larutan buffer mempertahankan pHnya. Sehingga pH dari larutan buffer akan tetap, namun larutan buffer mempertahankan pH bukan berarti pH tidak berubah. Menurut Boight (1994), perubahan dan gangguan yang besar dalam sistem dapat merubah pH meskipun telah ditambah buffer ke dalamnya. Hal ini dikarenakan buffer hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan dengan adanya perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam system.

Dalam praktikum, saat melakukan titrasi, diketahui bahwa pH awal adalah 5, saat dilakukan titrasi dengan penambahan NaOH (basa kuat), pH nya diamati sampai titik akhir titrasi. Dalam praktikum, dengan penambahan NaOH, pH dari larutan buffer berubah sampai titik akhir titrasi. Dengan hasil, pada kapasitas 0,01, volume NaOH yang terpakai adalah 3,5 ml dan pH akhir adalah 7. Pada kapasitas 0,015, volume NaOH yang terpakai adalah 9,65 ml dan pH akhirnya adalah 7. Pada kapasitas 0,1, volume NaOH yang terpakai adalah 3 ml dan pH akhir adalah 7. Dalam hal ini, kapasitas buffer dapat mempengaruhi dari perubahan pH. Yang mana, menurut Mudiah et al. (2014), kapasitas buffer atau penyangga adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pH larutan tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang ada dalam larutan tersebut. Komponennya dalam hal ini adalah asam dan basa konjungasi (garam). Dari percobaan yang telah dilakukan, diketahui dari kapasitas 0,01, [asam] = 0,0682 dan [garam] = 0,0119. Kapasitas 0,015 [asam] = 0,0102 dan [garam] = 0,0177. Kapasitas 0,1 [asam] = 0,0679 dan [garam] = 0,1181. Seharusnya, pada hasil, apabila diketahui kapasitas buffer semakin tinggi, maka konsentrasi C total adalah semakin tinggi, karena pada rumus berikut :
kapasitas buffer adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pH larutan tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang ada dalam larutan tersebut.

ᵦ dan C adalah berbanding lurus. Dan pada hasil diperoleh yang sesuai, semakin tinggi ᵦ maka C semakin tinggi. Seharusnya dengan ᵦ yang semakin tinggi, dapat menekan pH jauh lebih baik dibandingkan dengan yang rendah. Namun, dari percobaan yang telah dilakukan tidak didapatkan hasil yang demikian. Pada ᵦ = 0,1, pH akhir menjadi basa (8) dan pada ᵦ = 0,010, pH akhirnya 7 (netral). Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan berbagai faktor kesalahan dari  praktikan atau dari lingkungan. Pada saat titrasi diharapkan untuk tidak lupa meneteskan indikator pada larutan buffer agar dapat diamati titik akhir titrasinya.
          Grafik hasil hubungan antara kapasitas buffer dengan pH akhir dari titrasi dengan NaOH berdasarkan literatur yaitu menurut Khaerunnisa dan Rahmawati (2013).



Kesimpulan 
Dari praktikum yang telah dilakukan maka di dapatlah kesimpulan bahwa suatu larutan buffer mempunyai tujuan untuk mempertahankan pH, di mana dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa konjungasinya atau mencampurkan basa lemah dengan asam konjungasinya.
Kapasitas buffer adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pHnya dan tergantung dari konsentrasinya komponen-komponen yang ada dilarutan tersebut, baik secara absolut maupun relatif. Maka, semakin tinggi kapasitas buffer, maka semakin mudah dalam menekan perubahan pH.  


Daftar Pustaka
Djoko, P. 2012. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggaan dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 8 (2) : 120
Khaerunnisa, G. Dan I. Rahmawati. 2013. Pengaruh pH dan Rasio COD : N Terhadap Produksi Biogas dengan Bahan Baku Limbah Industri Alkohol (Vinasse). Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2 (3) : 1-7
Mudiyah, T., Diana dan Masnah. 2014. Optimis pH Buffer dan Konsentasi Larutan Pereduksi Natrium Tiosulfat dan Timah dalam Penentuan Kadar Besi. Jurnal Teknik Elektro. Vol. 4 (2)
Oxtoby. 2001. Kimia Universitas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sukardjo. 1998. Farmasi Fisika. Jakarta : EGC.
Sulistyarty, H. 2017. Kimia Analisis Dasar untuk Analisis Kualitatif. Malang : UB Press
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Gramedia
Voight, R. 1994. Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.



Komentar

Postingan Populer